Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah tajam dalam sepekan terakhir, menembus level Rp16.200 per dolar. Pelemahan ini dipicu oleh penguatan dolar akibat kebijakan suku bunga The Fed serta tingginya permintaan dolar untuk impor.
Bank Indonesia segera merespons dengan menyiapkan langkah intervensi ganda. Pertama, BI akan melepas cadangan devisa untuk menahan gejolak nilai tukar. Kedua, BI meningkatkan operasi moneter guna menjaga stabilitas di pasar uang.
Gubernur BI menyatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih kuat, dengan cadangan devisa yang cukup dan neraca perdagangan yang surplus. Ia optimistis rupiah bisa kembali stabil dalam waktu dekat.
Meski demikian, pelemahan rupiah menimbulkan dampak nyata bagi pelaku usaha. Importir mengeluhkan biaya produksi naik, terutama di sektor industri berbasis bahan baku impor. Sementara itu, eksportir justru diuntungkan karena pendapatan mereka meningkat saat dikonversi ke rupiah.
Ekonom memperingatkan agar pemerintah berhati-hati, karena pelemahan rupiah bisa memicu inflasi, terutama pada harga barang konsumsi yang bergantung pada impor.
Dalam jangka panjang, penguatan industri dalam negeri dinilai penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor. Jika Indonesia mampu meningkatkan produksi bahan baku sendiri, dampak fluktuasi rupiah bisa lebih terkendali.
Leave a Reply